Dari Aparatur Negara Hingga Menjadi System Analyst Kemenkeu RI karena Kecintaan pada IT

Di usia belasan, ketika banyak anak masih kebingungan menentukan masa depan, Ihsan Andrinal sudah menempuh jalan yang dianggap “paling aman” oleh orang tua: lulus SMA, masuk STAN, lalu bekerja di Kementerian Keuangan. Tapi siapa sangka, lelaki kelahiran Sumatera Barat ini justru menemukan panggilan hidupnya bukan saat duduk di kantor pemerintahan, melainkan di sebuah kamar kos sempit dan semuanya berawal dari sebuah buku IT di kamar kos.

Masa kecil Ihsan dihabiskan di Sumatera Utara. Ia menempuh pendidikan di SD dan SMP Pertamina, lalu melanjutkan ke SMAN 1 Pangkalan Brandan. Ia bukan anak yang banyak bicara. Tetapi ia punya satu kebiasaan, rasa ingin tahunya besar. Selepas SMA, ia mencoba seleksi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)—dan diterima. Di mata banyak orang, itu adalah “tiket emas masa depan”. Setahun kemudian, ia ditempatkan di Bea Cukai Tanjung Priok, Plumpang, Jakarta. Usianya masih sangat muda, tapi sudah menjadi aparatur negara. Namun jauh di dalam dirinya, ada sesuatu yang belum terpenuhi.

Pada tahun 2004, ketika banyak orang memilih aman, Ihsan justru memilih tantangan. Ia mendaftar kelas karyawan di CCIT-FTUI, Kampus UI Salemba. Bayangkan rutinitasnya, pagi hingga sore bekerja di Kemenkeu. Sore menjelang malam langsung menuju CCIT tanpa pulang. Belajar, praktikum, latihan, proyek. Tidak ada waktu rebahan. Tidak ada alasan lelah. Namun ada satu hal yang membuat perjalanannya jauh lebih berat. Ihsan tidak memiliki laptop. Bahkan laptop kantor yang dimilikinya tidak bisa menjalankan Java. Hasilnya? Semua tugas ia kerjakan di lab komputer kampus. Seringkali hingga malam sangat larut. Bahkan pernah menginap di kampus demi menyelesaikan project.

Tapi di balik perjuangan itu, ada hal yang membuatnya tersentuh. Ada pengajar CCIT yang setia  menemaninya sampai tugasnya selesai. Bukan hanya mengajar. Mereka mendampingi. Bukan hanya memberi tugas. Mereka menyemangati. Dan di situlah Ihsan menyadari, “Aku tidak berjalan sendirian.” Dua tahun menempuh pendidikan di CCIT membentuk pondasi kuat sebagai teknolog. Setelahnya, ia melanjutkan ke Universitas Budi Luhur dan meraih gelar S.Kom pada 2018.

Ini menarik, banyak orang yang sudah bekerja PNS mungkin merasa “cukup”.  Tapi Ihsan berbeda. Baginya, ilmu tidak ada batas. Dan ia membuktikannya. Hari ini 20 Oktober 2025 saat Tim CCIT menghubungi melalui sambungan telepon, ia mengatakan sedang menempuh S2 di Malaysia. Ia terus belajar. Ia terus tumbuh. Ia terus menjaga nyala api dalam dirinya. Yang membuat kisah Ihsan semakin menginspirasi adalah, Ia merantau ke Jakarta tanpa satu pun saudara. Tidak ada tempat bersandar. Tidak ada “jalur khusus”. Tidak ada privilege. Hanya ada tekad dan kecintaan pada teknologi. Dan itu cukup. Karena hari ini, Ihsan bukan sekadar pegawai. Ia adalah System Analyst di Lembaga National Single Window (LNSW), Kementerian Keuangan RI.  Ia merancang sistem strategis untuk negara. Ia berada di garis depan transformasi digital pemerintahan.